TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berulang kali membantah pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut telah terjadi deindustrialisasi di Indonesia. Ketua Umum Partai Golkar ini pun lantas memamerkan kontribusi industri manufaktur atau pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dengan negara lain.
Baca: Prabowo Sebut BUMN Goyah, Bagaimana Faktanya?
"Indonesia peringkat lima dari 10 besar negara G20," kata Airlangga dalam acara Indonesia Industrial Summit 2019 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Senin, 15 April 2019.
Dari catatan Kementerian Perindustrian, kata Airlangga, kontribusi industri manufaktur pada PDB tertinggi dialami oleh Cina 29,3 persen. Lalu Korea Selatan 27,6 persen, Jepang 21 persen, dan Jerman 20,7 persen. Airlangga juga menyebut kontribusi manufaktur Indonesia terhadap PDB masih lebih tinggi dibandingkan negara seperti India maupun Amerika Serikat. "Rata-rata kontribusi sektor manufaktur dunia sebesar 15,6 persen," ujar dia.
Pernyataan Prabowo ini sebelumnya disampaikan pada Debat Pilpres terakhir yang diadakan di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019. Dalam debat, calon presiden nomor urut 02 ini menyebut bahwa Indonesia telah mengalami deindustrialisasi karena tidak memproduksi apa-apa. “Kita hanya bisa menerima bahan produksi dari negara lain, ini keliru dan harus diubah,” kata Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Meski demikian, kontribusi sektor industri secara keseluruhan terhadap PDB sebenarnya menurun dari tahun ke tahun. Pada 2018, Kemenperin mencatat kontribusinya mencapai 19.86 persen. Sedangkan di September 2014, Menteri Perindustrian saat itu MS Hidayat pernah menyampaikan bahwa kontribusi industri terhadap PDB sebesar 21 persen.
Baca: Prabowo Sebut RI Alami Deindustrialisasi, Tak Produksi Apa-apa
Ekonom Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus membenarkan pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto soal deindustrialisasi. Ahmad mengatakan, deindustrialisasi ini telah terjadi sejak 10 tahun yang lalu dari 2008. Kondisi ini ditandai dengan menurunnya kontribusi sektor industri terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dari semula 29 persen pada 2008, menjadi hanya 19,8 persen pada 2018.
Akan tetapi, Airlangga tetap menyebut kinerja manufaktur Indonesia berdasarkan Prompt Manufacturing Index (PMI) periode 2018 hingga Maret 2019 pun mencapai 52,65 persen atau di atas angka 50 persen (level ekspansif). "Jadi ini menunjukkan bahwa yang dikhawatirkan mengenai deindustriaisasi, itu sama sekali tidak terjadi, dari PMI saja sudah terlihat," ujar dia.
FAJAR PEBRIANTO